UNPI-CIANJUR.AC.ID - Pokemon Go adalah game augmented reality (realitas tertambah) di ponsel pintar. Game ini menggunakan GPS (Sistem Pemosisi Global).
Pengguna bermain dengan berjalan-jalan di dunia nyata menangkap monster virtual yang menggemaskan seperti Pikachu dan Jigglypuff di tempat-tempat dekat lokasi ponsel Anda dan melatih mereka untuk bertanding.
Monster-monster ini pertama kali populer pada tahun 90-an ketika Nintendo Game Boy muncul.
Kartu-kartu permainan untuk ditukar sangat laku di taman bermain di sekolah-sekolah jauh sebelum Minecraft dan bahkan sebelum Tamagotchi.
Pokemon di Game Boy dan DS (Nintendo) tadinya adalah program kartun dengan teknologi sederhana serta permainan kartu untuk ditukar, namun baru kali ini menjadi game di ponsel pintar.
Di toko-toko aplikasi seperti App Store (iPhone) atau Google Play (Android). Game ini gratis namun layaknya game gratis lainnya, ada hal-hal yang harus dibeli dengan uang ketika kamu sudah masuk dalam game ini. Game ini sudah dapat diakses di Australia, New Zealand dan AS dan akan dirilis di Jepang segera.
Game ini telah menambah nilai Nintendo sebesar lebih dari US$7milyar (Rp92 triliun) lewat kenaikan harga saham sejak pertama kali dilepas.
Game ini mendominasi penjualan game di AS dan berhasil menangkap dua pasar, remaja yang ‘menangkap Pokemon’ untuk pertama kalinya dan orang-orang di usia akhir 20-an atau awal 30-an, yang mengenang bagaimana mengumpulkannya pertama kali dan ingin bernostalgia.
Di Indonesia, Pokemon Go belum dirilis, namun banyak gamer yang mengunduh aplikasi game ini melalui APK (Android application package) yang disebar di situs-situs teknologi dan game.
Banyak sekali orang yang menggunakannya sehingga server sering sekali tumbang.
Itu sebabnya pengembangnya Niantic Inc –perusahaan mirip Google yang didirikan perusahaan induk teknologi raksasa tersebut, Alphabet Inc– menunda peluncuran game ini di seluruh dunia saat ini.