UNPI-CIANJUR.AC.ID - Mulai desember 2013, wabah Ebola tersebar di Afrika mulai dari Guinea hingga Liberia dan Sierra Leone. 11 ribu orang tewas di tiga negara tersebut oleh epidemi ini, sebanyak 28 ribu terinfeksi virus. WHO saat ini telah menyatakan beberapa negara itu bebas Ebola.
Rusia telah menciptakan obat yang paling ampuh untuk mengatasi Ebola, demikian klaim Presiden Rusia Vladimir Putin. para ahli farmasi di seluruh dunia kaget sekaligus ragu akan hal ini.
Putin dalam rapat pemerintah mengatakan bahwa Rusia telah mendaftarkan paten obat baru untuk Ebola yang hingga saat ini belum ada vaksinnya, menurut ABC News.
Putin mengatakan, "Kami punya kabar bagus. Kami telah mendaftarkan obat untuk Ebola, yang setelah melalui beberapa pengujian, terbukti efektivitasnya yang sangat tinggi, lebih tinggi dari yang digunakan saat ini di dunia."
Klaim Putin dianggap tidak masuk akal, menurut Ira Longini, professor penyakit menular di Universitas Floria yang membantu pengembangan vaksi Ebola. Banak ahli farmasi meragukan klaim Putin tersebut.
Rusia baru memasuki tahap satu pengujian obat Ebola. Di tahap ini akan ditentukan apakah pengujian akan dilakukan atau tidak, ditandai dengan beberapa keberhasilan, namun tidak bisa menunjukkan kemanjuran obat. Tahap satu berupa pengujian terhadap beberapa orang, menurut Longini.
Longini berujar, "Anda tidak bisa membicarakan efektivitas obat di tahap ini."
Tahun lalu bersama dengan perusahaan farmasi Merck dan WHO, bekerja sama dengan beberapa organisasi internasional, salah satunya Dokter Lintas Batas, dan pemerintah Kanada serta Norwegia, Longini terlibat dalam uji klinis vaksin Ebola.
Longini bersama timnya mengembangkan obat yang paling sukses saat ini dan telah melalui tahap tiga dari uji klinis, yaitu pengujian terhadap sekelompok orang. WHO rencananya akan memproduksi massal obat ini.
Longini menyebutkan, "Tanpa melalui tahap tiga, Anda tidak bisa membuat pernyataan soal keberhasilan vaksin."