UNPI.AC.ID, CIANJUR - Sejumlah orang tewas karena selfie, atau mengambil foto diri sendiri, umumnya dengan telefon pintar, dalam situasi atau lokasi berbahaya.
Juni lalu, seorang lulusan Universitas tewas terjatuh dari jembatan Moskow, setelah mencoba berselfie dengan bergelantungan di jembatan itu. Sementara seorang pemuda 17 tahun, yang sudah berkali-kali berpose di atap rumah yang tinggi di kota Vologda, jatuh dari atap dan tewas, dalam upayanya mengambil foto untuk mengisi akun Instagram.
Sementara itu seorang lelaki tewas setelah berpose selfie dengan mengarahkan pistol ke lehernya yang kemudian meledak. Kejadian ini terjadi di Amerika.
Menurut situs Mashable, setidaknya sudah 12 orang tewas tahun ini gara-gara berfoto untuk selfie, angka kematian yang lebih tinggi ketimbang akibat serangan hiu, yang mencatat 8 kematian.
Pengelola Waterton Canyon di Colorado, terpaksa menutup taman nasional itu pada bulan Agustus lalu, setelah sejumlah orang kepergok berada terlalu dekat dengan binatang-binatang buas untuk berpose selfie. "Kami melihat orang-orang menggunakan tongkat selfie, dan berusaha sedekat mungkin dengan beruang, terkadang cuma dalam jarak 3 meter," kata manajer rekreasi taman itu, Brandon Ransom dalam sebuah blog.
Sementara di Yellowstone National Park, sudah lima kali kejadian pembuat foto selfie ditanduk bison.
Terkait tingginya angka kematian akibat selfie ini, di Rusia, kementerian dalam negeri sampai meluncurkan kampanye khusus untuk memperingatkan, "memotret diri sendiri bisa membahayakan jiwa Anda."
"Selfie dengan senjata bisa membunuh," bunyi kalimat di brosur kampanye itu. Poster kampanye itu dilengkapi daftar tempat yang berbahaya untuk selfie.
Menurut Lee Thompson, begitu banyak orang menempuh risiko untuk suatu selfie mungkin urusannya soal nyali. Thompson adalah seorang fotografer, yang foto selfienya di puncak patung Kristus Penebus di Rio de Janiero, menjadi viral, Juni 2014.
Menurut Thompson, foto itu dibuat untuk publikasi bagi biro wisata yang dikelolanya. Dan dikatakannya, pengambilan foto itu dilakukannya dengan izin, dan dilakukan dengan aman. "Orang melihat foto seperti yang saya lakukan beredar cepat ke seluruh dunia, lalu mereka melihat sebuah cara untuk membuat diri mereka tersohor untuk selama 15 menit."
"Foto itu sekadar untuk mempromosikan usaha saya. dan itu foto yang saya tahu harus dilakukan karena orang suka dengan selfie," tambahnya.
Thompson mencemaskan munculnya tren selfie yang makin berbagaya dan di luar kendali. "Kreatiflah, tapi jangan bahayakan hidup kita" katanya.