UNPI-CIANJUR.AC.ID - Lebih dari 10 ribu mesin di Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), terinfeksi oleh malware. Efeknya, sejumlah data di NASA dengan mudah dicuri oleh kelompok peretas yang sebelumnya telah membobol jaringan.
Hacker AnonSec mengklaim telah berhasil menjebol jaringan internal NASA selama beberapa bulan tanpa terdeteksi, masuk ke jaringan tiga pusat ruang dan mencuri sejumlah besar data yang berhubungan dengan karyawan NASA, catatan penerbangan dan video yang diambil dari drone NASA yang berguna sebagai penelitian dan radar cuaca. Termasuk kejadian kecelakaan sebuah pesawat tak berawak global Hawk di Samudera Pasifik.
Juru bicara NASA Allard Beutel, seperti dikutip IB Times mengatakan, "NASA tidak memiliki bukti untuk menunjukan data yang diduga diretas. Namun NASA menyikapi cybersecurity ini dengan sangat serius an akan terus mengusut tuntas semua tuduhan ini."
Sementara itu, Sam Kassoumeh, COO dan co-founder SecurityScorecard mengatakan, "Selama tahun lalu, kami menemukan lebih dari 10 ribu tanda malware yang berasal dari jaringan NASA, yang berarti bahwa 10.000 mesin telah dipengaruhi oleh malware dan berkomunikasi kembali kepada pemilik malware itu."
NASA tidak memiliki jaringan perimeter pertahanan untuk menjaga serangan hacker, melainkan hanya jaringan perimeter yang belum dikonfigurasi dengan benar, dan jaringan internal belum diamankan dengan baik, sehingga setelah hacker berhasil masuk, mereka dapat dengan mudah mengakses berbagai bagian jaringan, jelas Kassoumeh.