UNPI-CIANJUR.AC.ID - Indonesia masuk dalam lima besar negara target serangan cyber, berupa hack, merusak komputer, hingga virus malware semacam Ransomware yang terjadi belakangan ini.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan, "Diduga setiap hari terjadi 10 juta kali serangan, maka dari itu masyarakat untuk peduli pada sistem keamanan siber."
Demi menjaga keamanan masyarakat, pemerintah tengah membentuk lembaga baru, yakni Badan Siber Nasional untuk mengantisipasi serangan dari dunia siber. Pemerintah juga membentuk komunitas pegiat siber yang terdiri dari berbagai kalangan.
Menkominfo menegaskan, "Kita harus concern terhadap cyber security kita."
Menkominfo juga menjelaskan perbedaan keamanan siber negara dan masyarakat. Serangan siber kerap kali dilancarkan antarnegara dalam kondisi pertahanan. "Isu cyber security dalam term keamanan masyarakat dan defence berbeda."
Serangan siber yang paling sering didalam negeri terjadi pada sistem Denial of Sevice (DOS) yang menganggu trafik sistem informasi akibatnya tidak bisa diakses. "Statistik serangan DOS di Indonesia pada tahun 2016 naik dibanding tahun 2015."
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi I DPR RI Meutya Vaida Hafid mengatakan, "Pada pertengahan Mei lalu dunia dihebohkan dengan serangan virus ransomware yang menyerang lembaga-lembaga vital negara."
Dampak dari serangan virus tersebut, diduga mempengaruhi terjadinya perang siber antar negara yang sekarang menganggu Kementerian Pertahanan, ujarnya. Hal ini berpotensi membuat celah yang dapat disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Ia menambahkan, "Sekarang terjadi cyber war dan dapat menjadi serangan terorisme."