UNPI-CIANJUR.AC.ID - Laporan Ancaman Finansial Symantec 2017 mencatat ancaman trojan pada sistem keuangan hinga saat ini berjumlah 2,5 kali lebih melimpah ketimbang ransomware dengan 1,2 deteksi setiap tahun. Jumlah ini terhitung lebih melimpah ketimbang ransomware wannacry atau petya yang sempat ramai baru-baru ini.
Serangan terhadap institusi keuangan terus meningkat. Motifnya tentu tak jauh-jauh dari mengeruk keuntungan, menurut David Rajoo selaku direktur system engineering untuk Symantec Indonesia dan Malaysia.
Ia mengatakan, "Tahun lalu muncul beberapa kelompok penjahat siber yang justru menyerang institusi keuangan bukannya pengguna. Sekitar 38 persen dari seluruh deteksi ancaman keuangan dilancarkan kepada perusahaan, bukan pada konsumennya."
Malware pada perangkat mobile diketahui telah menargetkan 170 aplikasi dari 24 negara untuk mencuri informasi rahasia. Untuk itu, pengguna m-banking maupun internet banking perlu waspada.
Kendati demikian, bukan berarti konsumen aman dari serangan malware keuangan. Perangkat mobile dan internet banking yang kian banyak diadopsi oleh bank di seluruh dunia membuat serangan kepada pengguna, utamanya Android, lebih mungkin.
"Ada 18,4 juta deteksi malware di Android yang artinya bertambah 105 persen di tahun 2016. Ini karena Android memang lebih mudah disusupi ya oleh malware jika dibandingkan dengan Apple."
"Sedangkan Apple punya sistem sandbox yang tidak memungkinkan antar software untuk saling berkomunikasi. Sementara di Android sangat terbuka," jelasnya.
Selain itu, Symantec menggarisbawahi bahwa rekayasa sosial adalah cara yang paling efektif digunakan untuk pasar yang kini mulai memiliki perlindungan dan tak mudah ditipu. Mereka menggunakan media social atau surel untuk mencuri informasi konsumen. Konsumen juga perlu waspada terhadap serangan melalui kartu kredit palsu dan phising.