UNPI-CIANJUR.AC.ID - Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) terus membangun pemahaman masyarakat agar pemanfaatan tenaga nuklir tidak sebatas dimaknai untuk keperluan senjata.
Kepala Bapeten, Jazi Eko Istiyanto, mengatakan, "Selama ini banyak orang masih memandang nuklir hanya untuk senjata, padahal tidak sebatas itu."
Hal itu disampaikannya di sela Seminar Keselamatan Nuklir dengan tema 'Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi Publik' di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Selasa.
Seiring perkembangan teknologi, saat ini tenaga nuklir sejatinya telah banyak dimanfaatkan di berbagai sektor termasuk kesehatan seperti di rumah sakit dan industri, jelas Jazi. Dengan mengetahui hal itu, ia berharap kesadaran masyarakat mengenai risiko dari penggunaan alat-alat bertenaga nuklir itu meningkat.
Jazi menambahkan, "Dengan membawa persoalan nuklir ini ke ranah publik harapannya masyarakat semakin sadar bahwa pemanfaatan nuklir membutuhkan kehati-hatian dan pengawasan."
Melalui seminar keselamatan nuklir bekerja sama dengan UGM itu, diharapkan masyarakat semakin mengerti bahwa perlindungan masyarakat terhadap berbagai bentuk risiko penggunaan alat-alat bertenaga nuklir sangat penting, ungkap Jazi.
Seiring dengan meluasnya pemanfaatan tenaga nuklir, metode pengawasan nuklir yang digunakan Bapeten semakin berkembang dengan memanfaatkan teknologi informasi yang di antaranya diberi nama 'Balis Online', paparnya.
Bapeten meluncurkan aplikasi Balis untuk mendukung efektivitas pengawasan penggunaan tenaga nuklir di Indonesia dan meningkatkan jaminan keamanan penggunaannya, katanya. "Aplikasi Balis ini mendukung kegiatan pengawasan pemanfaatan tenaga nuklir mulai dari proses perizinan fasilitas radiasi dan zat radioaktif."