UNPI-CIANJUR.AC.ID - Lagu klasik Italia, O Sole Mio, dengan iringan alat musik angklung yang dibawakan warga lokal Swiss bersama diaspora Indonesia, serta perwakilan Kedutaan Besar Indonesia di Bern, bergema di hadapan ratusan pengunjung mancanegara.
Menurut keterangan pejabat Penerangan dan Sosial Budaya Kedutaan Besar Indonesia di Bern, Sasanti Nordewati, Gelaran budaya Indonesia yang terbuka untuk umum itu terjadi di ruang pertemuan Dreifaltigkeitskirche, Bern, Selasa malam.
Konser angklung di bawah pimpinan Lia Fossati, warga Indonesia yang lama tinggal di Swiss diadakan dalam rangka pekan budaya dunia yang diadakan pengurus gereja Dreifaltigkeit di Bern.
Fossati juga mengajak penonton memainkan angklung secara interaktif dan membagikan angklung kepada penonton dengan membawakan lagu Morning Has Broken dari pemusik legendaris dunia, Cat Stevens.
Para penonton antusias mengikuti arahan dia, yang sehari-hari berprofesi sebagai guru SD itu.
Selain O Sole Mio, Fossati juga menampilkan lagu Swiss, Hemmige, dan Ayo Mama, yang dibawakan pemain angklung yang baru berlatih hanya dua jam sebelumnya.
Di bawah arahan dia, alunan musik dari bambu itu mampu menarik perhatian penonton. Tidak hanya mengajak masyarakat dunia melestarikan angklung, permainan angklung yang dinamis menjadi pengobar semangat kebersamaan.
Fossati yang juga pendiri Perkumpulan Amukarta, wadah promosi seni budaya Indonesia di Swiss, mengatakan, "Angklung merupakan alat musik yang mampu mempersatukan masyarakat dari segala penjuru dunia dengan latar belakang yang berbeda."
Angklung dijadikan alat diplomasi budaya pada banyak fora internasional di Indonesia sejak masa Presiden Soekarno berkuasa, menurutnya. Konferensi Asia Afrika pada 1955 juga menjadi ajang angklung dimainkan para pemimpin Asia dan Afrika serta negara-negara pengamat.
UNESCO juga menetapkan angklung asal Indonesia sebagai Warisan Budaya Dunia, pada November 2010.