UNPI-CIANJUR.AC.ID - Nyamuk adalah penyebab terjadinya penyakit malaria di kawasan tropis. Sehingga, upaya untuk mendeteksi kemunculan wabah adalah upaya yang penting.
Teknologi satelit kini bisa digunakan untuk mendeteksi potensi wabah malaria. Caranya dengan memanfaatkan data LDAS (Land Data Assimilation System). LDAS mengambil data dari beberapa satelit milik NASA dan memprediksi daerah potensi wabah.
Tempat munculnya wabah malaria memerlukan syarat temperatur udara yang hangat dan perairan tenang seperti kolam atau genangan air. Tempat seperti inilah yang jadi favorit nyamuk malaria untuk bertelur.
LDAS mengumpulkan data dari satelt Landsat, satelit pengamat curah hujan, dan satelit Terra and Aqua, seperti dikutip dari laman resmi NASA. Data yang diambil berupa kombinasi data tingkat curah hujan, suhu, kelembaban tanah, dan vegetasi.
Ben Zaitchik, salah satu peneliti di proyek ini dari John Hopkins University, mengatakan, "Model ini membantu kami memprediksi kelembaban tanah seperti apa yang cocok untuk berkembang biak."
Proyeksi satelit ini juga ternyata menemukan bahwa daerah hutan yang tengah digunduli dan saat dibangun jalan raya, menjadi sumber meluasnya penyebaran malaria.
Pasalnya buldozer mencabuti pepohonan untuk dibuat jalan. Bekas pohon yang tercabut membuat lubang di permukaan tanah. Saat hujan turun, maka akan membuat kubangan air yang jadi favorit nyamuk malaria bertelur. Sehingga, mereka yang tinggal atau berkegiatan di tempat seperti itu rentan diserang wabah malaria.
Untuk sementara, NASA dan lembaga lainnya hanya mengaplikasikan prediksi lewat satelit ini di wilayah Amazon, Amerika Selatan. Namun tak tertutup kemungkinan bakal mengadopsinya untuk meneliti wabah yang dibawa nyamuk lainnya seperti Zika atau demam berdarah.