UNPI-CIANJUR.AC.ID – Dr. Bambang Purwanto, dr., M.Kes bersama tim peneliti dari Departemen Ilmu Faal Fakultas Kedokteran UNAIR, melakukan inovasi membuat insole (sol) sepatu yang terbukti efektif menurunkan gula darah.
Bambang mengatakan, insole ini bukan untuk menggantikan terapi insulin, tetapi untuk memaksimalkan terapi pengobatan yang ada.
Insole temuannya ini sudah terbukti mampu menurunkan kadar glukosa darah dengan cepat, membuat kadar glukosa darah menjadi stabil, sehingga dampaknya dapat membantu diabetisi mengurangi ketergantungan konsumsi obat.
Selama ini, pemberian terapi insulin dan obat diabetes lainnya memang bisa menurunkan kadar glukosa darah, namun penurunannya belum cukup menjamin ketersedian energi Adenosine triphospat (ATP), satuan energi dalam sel.
Setelah dipetakan, tim melakukan serangkaian eksperimen untuk menghasilkan cara terbaik menurunkan glukosa darah tanpa harus mengonsumsi obat. Eksperimen pertama menggunakan mencit yang dibekali aktivitas menuruni media alat dengan sudut kemiringan 10-15 derajat.
Bambang menjelaskan, "Dalam posisi menurun, otot bagian belakang tungkai akan meregang. Kondisi ini menstimulasi ambilan glukosa yang terserap secara signifikan dalam otot. Setelah dilakukan pengujian, cara ini paling efektif mengurangi kadar glukosa darah."
Setelah tahap percobaan pertama, tahun 2014 dilanjutkan dengan menerapkan pada manusia. Ketika manusia melakukan jinjit saat menuruni media apakah mekanikanya sama dengan kondisi tikus menuruni media alat dengan jinjit? Ternyata tidak jauh berbeda.
Pada posisi jinjit, otot betis manusia mampu menahan 10 kali berat badan. Jadi kebutuhan energi untuk menahan 10 kali berat badan itu sangat besar. Jadi kadar glukosanya cepat turun. Karena dalam posisi jinjit, tungkai bisa menarik energi lebih besar, jadi membutuhkan asupan gula lebih banyak. Signal ini dibaca oleh tubuh bahwa kebutuhan energi yang besar membutuh gula lebih banyak. "Dari situ kami observasi bahwa gula darah orang saat posisi kaki jinjit lebih cepat turun."
Pemakaian insole ini juga dapat menurunkan ketergantungan konsumsi obat diabetes. Dosis bisa diturunkan, jadi menekan biaya pengobatan. Pertanyaannya, apakah hanya diabetisi yang boleh memakai insole ini?
"Bukan hanya untuk diabetisi, yang sehat pun bisa menggunakan ini sebagai upaya preventif. Karena efektif menurunkan kadar gula darah," ungkapnya.
Jika sebelumnya insole ini diujicobakan pada model non-diabetes, tahun ini dikembangkan pada penderita DM. Diperkirakan penelitian ini baru rampung tahun depan. Berikutnya, mengurus daftar hak cipta. Namun meski masih dalam tahap uji coba, tidak sedikit yang menyarankan untuk sekaligus membuat sepatu khusus diabetes. Namun Bambang memilih fokus membuat insole sepatunya dahulu.
Ia berharap, insole buatannya ini dapat membantu meningkatkan kualitas hidup diabetisi, dan dapat diproduksi secara massal sehingga dapat menekan biaya produksi. "Kami mencoba suatu desain yang bisa dipakai secara universal. Kalau sol sepatu kan bisa dipasangkan ke sepatu model apa saja, jadi juga bisa dipakai oleh siapa saja."