UNPI-CIANJUR.AC.ID - Kantor Delegasi Tetap RI untuk UNESCO mengadakan acara Pembukaan Klub Pencak Silat UNESCO yang dihadiri beberapa Dubes negara sahabat, anggota delegasi tetap pada UNESCO, serta komunitas pencak silat di Paris dan sekitarnya diadakan di Kantor Delegasi UNESCO Paris.
Duta Besar/Wakil Delegasi Tetap RI untuk UNESCO, T. A. Fauzi Soelaiman kepada Antara London, Senin menyampaikan kekhasan Pencak Silat yang mencakup seni bela diri, musik, dan tarian yang berasal dari Indonesia. Saat ini pencak silat sudah masuk dalam Daftar Warisan Budaya Tak Benda Nasional di beberapa provinsi di Indonesia, dan kini tengah diajukan untuk masuk dalam Daftar Warisan Budaya Tak Benda di UNESCO, ujarnya.
Hasil nominasi Pencak Silat di UNESCO ini diharapkan dapat diumumkan pada Sidang Komite Intangible Cultural Heritage UNESCO di akhir tahun 2019 mendatang. Pada acara ini, Indonesia menampilkan demo pencak silat oleh anggota klub Pencak Silat KBRI Paris dan KWRI UNESCO di Paris beranggotakan diaspora Indonesia, serta anggota klub Pencak Silat Prancis.
Peserta demo terdiri dari laki-laki dan perempuan, baik dari anak-anak, maupun dewasa. Demo menampilkan juga atraksi khusus dari salah satu maestro Pencak Silat Indonesia, Cecep Arif Rahman yang populer dengan sebutan Kang Cecep yang didatangkan langsung dari Indonesia khusus untuk acara ini.
Kang Cecep sudah dua kali mendapat kehormatan tampil dalam film laga produksi Hollywood, yaitu 'The Raid 2' dan 'Star Wars: The Force Awakens'. Cuplikan film The Raid 2 diputar sebelum acara dimulai untuk menarik perhatian pengunjung.
Klub Pencak Silat di UNESCO terbuka bagi peminat dari berbagai kalangan yang ada di Prancis, dimana pelatihan rutin dilaksanakan setiap hari Sabtu di gedung UNESCO. Pelatihan pertama pada akhir pekan dilakukan langsung oleh Kang Cecep kepada lebih dari 20 peserta.
Beberapa teknik baru diperkenalkan kepada peserta untuk dapat dipelajari dan diterapkan. Para peserta terlihat sangat senang mempelajari teknik baru langsung dari salah satu master pencak silat di Indonesia. Pelatihan pertama dibuka Duta Besar/Wakil Delegasi Tetap Indonesia untuk UNESCO, T. A. Fauzi Soelaiman.