UNPI-CIANJUR.AC.ID - Lembaga survei Nielsen menyebut, faktor utama tutupnya sejumlah gerai departement store berkaitan dengan semakin maraknya toko online (e-commerce). Pasalnya, frekuensi orang berbalanja online paling banyak saat ini untuk kebutuhan fesyen yang menjadi barang jualan utama departement store.
Managing Directore Nielsen Indonesia Agus Nurudin mengatakan, "Departement store itu penjualannya turun ada kaitannya dengan online. Sekarang ini, frekuensi orang belanja online paling banyak untuk fesyen dan di-trigger oleh anak muda."
Agus tak menampik adanya pelemahan daya beli masyarakat dan melambatnya penjualan pada produk-produk fesyen saat ini. Namun, maraknya berbagai toko online disebut Agus menjadi pemicu utama banyaknya departement store yang terpaksa menutup gerai akibat merugi.
Ia menjelaskan, "Saya tidak lihat ini karena penurunan daya beli. Ada banyak instrumen, fesyen ini memang pertumbuhannya melambat, tapi (tutupnya departement store) karena pilihan masyarakat juga semakin banyak dengan ramainya e-commerce."
Dari survei yang dilakukan pihaknya, sekitar 56 persen konsumen melakukan omnichannel saat akan berbelanja barang yang dinilai cukup berharga, termasuk produk fesyen. Sementara itu, konsumen yang murni pembeli online hanya sekitar 20 persen.
Agus mengatakan, "Omnichannel itu dia melihat barang yang akan dibeli di toko online dan di toko offline. Jadi, misalnya dia mau beli tas, dia lihat barangnya di toko offline, lalu membandingkan harganya dengan online dan membeli ditempat yang paling murah."
Menurut Agus, hal tersebut lah yang menyebabkan departement store sulit bersaing dengan e-commerce. Pasalnya, beban biaya yang dikeluarkan oleh departement store jauh lebih besar. "Kalau toko online ini pekerjanya lebih sedikit, tempat juga hanya sewa gudang. Beda departement store, mereka harus membiayai pekerja yang banyak dan sewa tempat di mal yang lebih mahal."