UNPI-CIANJUR.AC.ID - Dalam rangka merayakan peradaban wali-wali Jawi di kompleks Makam Sunan Kudus dan Menara Kudus, ratusan artefak peninggalan sembilan wali dipamerkan di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Pameran artefak yang digelar oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Republik Indonesia bekerja sama dengan Perhimpunan Pemangku Makam Auliya se-Jawa tersebut, dihadiri Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Nadjamuddin Ramly dan Kasubdit Diplomasi Budaya Dalam Negeri Yayuk Sri Budi Rahayu.
Menurut Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Nadjamuddin Ramly di Kudus, Rabu, pameran artefak di Kudus ini merupakan yang pertama. Dengan adanya pameran tersebut, dia berharap peninggalan para wali tersebut bisa dikenal masyarakat luas.
Ia menambahkan, kegiatan tersebut juga bertujuan untuk mengajak semua pihak, terutama pemerintah daerahnya bersedia memberikan perhatian terhadap sejumlah peninggalan para wali agar tidak rusak. "Jangan sampai benda bersejarah tidak terawat dan akhirnya hancur. Ketika benda bersejarah tak terawat dan hancur, maka generasi milenial tidak bisa melihatnya."
Padahal, hal itu sangat penting untuk menambah wawasan tentang Islam dan keindonesiaan, ujarnya. Ia berharap, masyarakat bisa mengetahui sejarah perjuangan Islam. "Bahkan, pejuang kemerdekaan banyak berasal dari kalangan santri, jika tidak ada walisongo tidak mungkin ada pejuang santri."
Ia juga mengingatkan, bahw dakwah yang dilakukan walisongo sangat halus, ada akulturasi budaya dalam dakwahnya. "Dakwah walisongo, ibarat mencabut rambut dari tepung, rambutnya tidak terputus dan tepungnya juga tidak berantakan. Artinya dengan akulturasi budaya, dakwah walisongo berjalan baik dan diterima masyarakat."
"Walisongo juga menunjukkan strategi dakwah yang lembut dan moderat serta membawa rahmat dan kesejahteraan bagi umat," jelasnya. Untuk itu, pameran benda bersejarah terkait penyebaran Islam yang dilakukan ulama atau wali nusantara harus dilakukan.
Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus Muhammad Nadjib Hassan mengakui, pameran artefak wali-wali jawi ini merupakan yang pertama. "Mudah-mudahan kegiatan tersebut bisa berlanjut," ujarnya.
Dengan adanya kegiatan tersebut, untuk mengajak masyarakat mengingat perjuangan para wali dalam menyebarkan Islam, katanya. Para wali tersebut, telah meninggalkan warisan yang kasat mata maupun tidak. "Mudah-mudahan, warisan wali yang luhur tersebut bisa menjadi pedoman hidup masyarakat."
Benda-benda bersejarah peninggalan wali yang dipamerkan, di antaranya ada bedug wali abad XV, sirap Masjid Agung Demak, kentongan wali abad XV, maket Masjid Agung Demak, Alkuran abad ke-19, serta benda-benda bersejarah lainnya.
Selain itu, dipamerkan pula sejumlah foto bersejarah, juga dilaksanakan kegiatan lainnya, mulai dari sarasehan, pagelaran seni budaya wali jawi hingga bedah buku.