UNPI-CIANJUR.AC.ID - Indonesia mendapat 1,225 miliar serangan siber setiap harinya. Data tersebut didapat dari Kementerian Komunikasi dan Informatika yang diperkuat oleh Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, seperti tertulis dalam siaran pers dari Eset Indonesia.
perusahaan keamanan siber, Eset, menyebutkan, dari miliaran serangan itu, ransomware masih jadi momok bagi keamanan siber berbagai perusahaan di 2018.
Yudhi Kukuh, Country Manager Eset Indonesia, mengatakan, "Malware akan tetap merajai di tahun 2018. Terutama, ransomware akan meningkat karena pembuatnya ngga pernah tertangkap."
Sebelumnya, serangan ransomware ini sempat heboh di Indonesia. Pasalnya, serangan ini telah berimbas pada beberapa rumah sakit.
Yudhi lantas memaparkan bahwa perlu solusi keamanan yang diperlukan untuk menghadapi tren serangan malware di 2018. Untuk menangkal serangan, Yudhi menyebutkan bahwa Eset menyediakan solusi keamanan empat lapis.
Empat lapis itu adalah untuk mendeteksi serangan, merespon, memprediksi, dan melakukan pencegahan kembalinya serangan serangan siber itu.
Deteksi serangan dilakuakn dengan teknologi GreyCortex-Mendle. Teknologi ini dapat mempelajari pola malware. Pola yang sudah dipelajari ini digunakan untuk mengenali jika terjadi serangan yang dilancarkan ke sistem.
Respon dari pendeteksian serangan ini adalah sistem mengeluarkan peringatan kepada admin perusahaan. Sehingga, mereka bisa segera melakukan tindakan.
Lantas, teknologi threat intelligence digunakan untuk memprediksi serangan. Sebagai sebuah teknologi yang menawarkan "kecerdasan" solusi ini disebut bisa melakukan analisis di dalam jaringan.
Yudhi menambahkan, "Kita punya solusi terintegrasi dalam arti solusi itu tidak hanya mencakup end-point. Kita punya solusi untuk melindungi jaringan dan menganalisis apa yang terjadi di jaringan."
Analisis ini penting karena bisa melihat ke apa yang salah di dalam sistem ketika serangan terjadi. Teknologi ini juga digunakan untuk memprediksi serangan yang akan terjadi nantinya.