UNPI-CIANJUR.AC.ID - Ahli astronomi anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia Bambang Hidayat menjelaskan, fase-fase dan sifat Gerhana Matahari Total (GMT) yang perlu dipahami masyarakat sebelum pergi melihat fenomena alam langka ini sehingga masyarakat dapat secara aman menyaksikannya tanpa merusak retina mata.
Proses menuju gerhana matahari total dimulai saat kontak pertama piringan luar bulan dengan piringan luar matahari terjadi, saat itu fase gerhana matahari sebagian dimulai dan dinamakan fase K1.
Pada fase K1 ini masyarakat harus menggunakan kacamata dengan filter matahari yang mampu menyaring radiasi inframerah matahari hingga 100.000 kali untuk menyaksikan proses GMT.
Proses GMT dilanjutkan dengan kontak awal piringan luar matahari dengan bagian dalam piringan bulan, saat itu fase gerhana matahari total di mulai dan disebut sebagai fase K2.
Pada fase ini masyarakat masih harus tetap menggunaan kacamata dengan filter matahari.
Pada saat piringan bulan tepat di tengah piringan matahari pada saat itu, menurut Bambang, gerhana matahari total mencapai maksimal dan memasuki fase M.
Pada fase M ini terjadi kegelapan nyaris sempurna dan masyarakat dapat melepaskan kacamata berfilter matahari yang digunakannya untuk menyaksikan keindahan totalitas gerhana matahari total.
"Pada saat itu Baily beads atau manik-manik Baily bisa kita lihat, ini terjadi sangat cepat hanya 10 hingga 15 detik saat cahaya matahari masih dapat melewati permukaan bulan yang tidak rata sebelum akhirnya cahaya benar-benar hilang dan menyisakan sangat sedikit kilau cahaya tampak seperti cincin berlian yang berkilau. Kalau saya menyebutnya cahaya akik, karena mirip batu akik yang menyembul di lingkaran cincin," ujar penerima Habibie Award ini.
"Bailys beads", ia mengatakan dinamai sesuai nama peneliti Francis Baily yang menjadi orang pertama yang menjelaskan tentang gumpalan cahaya yang mirip manik-manik di tepi piringan bulan sesaat menjelang dan sesudah totalitas gerhana matahari total terjadi.
Saat fenomena cincin berlian hilang keindahan lain dari fenomena gerhana matahari total mulai tampak, yakni munculnya korona matahari di mana akan tampak seperti cincin tipis dan cahaya redup mengelilingi bulan saat totalitas terjadi.
Korona bisa dilihat saat gerhana matahari total terjadi. Bentuknya tidak sama (di setiap GMT) karena dibentuk oleh matahari dengan kekuatan cahayanya yang berbeda-beda.
Fase gerhana matahari total selesai saat kontak akhir piringan luar matahari dengan bagian dalam piringan bulan terjadi. Fase ini masuk ke fase K3 dan kegiatan mengobservasi gerhana matahari total yang dilanjutkan harus menggunakan kacamata dengan filter matahari.
Menurut Bambang, pada fase K3 ini di mana bulan tiba-tiba menyingkir dari matahari dan memancarkan sinar yang begitu cemerlang menjadi fase paling berbahaya untuk diamati mata secara langsung. Begitu pula pada fase K4 saat gerhana matahari sebagian selesai, karenanya pengamatan harus menggunakan kacamata dengan filter matahari, demikian Antara.