Lulusan Universitas Dituntut Miliki Karakter Berbudaya
unpi/republika • Kamis, 26 September 2019 09:15 Wib
Sumber Foto : harborfieldspta.org
UNPI-CIANJUR.AC.ID - Lulusan sarjana perguruan tinggi saat ini dihadapkan dengan tantangan yang begitu kompleks. Hal tersebut dikarenakan pada era revolusi industri 4.0 saat ini manusia tidak hanya dituntut untuk berkompetisi dengan sesama manusia, namun juga dengan Artificial Intelligence (AI).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat sebanyak 6,8 juta jiwa masuk ke dalam kategori pengangguran per Februari 2019. Padahal, setidaknya sebanyak 1,2 juta mahasiswa lulus dari perguruan tinggi per tahunnya.
"(Dari angka tersebut) sebanyak 787 ribu mahasiswa di antaranya diketahui masih belum memiliki pekerjaan atau menganggur," kata Rektor Universitas Widya Mataram, Edy Suandi Hamid.
Edy menegaskan bahwa ijazah hanyalah sebuah simbol formal bagi seorang mahasiswa untuk memenuhi kualifikasi dalam meraih gelarnya. Yang terpenting, kata Edy, adalah muatan di balik ijazah tersebut yang perlu diimplementasikan dalam kehidupan.
"Para sarjana dituntut memiliki kompetensi, ketekunan, keterampilan, karakter yang berbasis budaya Indonesia untuk diimplementasikan dalam setiap aktivitasnya," ujar Edy, dilansir Republika.
Menurut Eddy, karakteristik berbasis budaya tersebut sejalan dengan keputusan presiden Nomor 87 tahun 2017 tentang penguatan pendidikan karakter dengan kurikulum berbasis luas yang mengintegrasi lingkungan belajar meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Sementara itu, Staf Ahli Walikota Yogyakarta Sri Septi Rezeki mengungkapkan harapannya bahwa apapun pilihan yang akan dipilih mahasiswa ketika lulus, saat menjalankan aktivitasnya di dunia kerja, diharapkan memerhatikan karakter profesional yang berbudaya.
"Mengutip kata kata Presiden Ketiga Indonesia (BJ Habibie) dimanapun engkau berada selalu menjadi yang terbaik dan berikan terbaik dari apa yang bisa kita berikan," tuturnya kepada para wisudawan ujar Sri yang merupakan alumnus Universitas Widya Mataram tersebut.
Selaras dengan hal tersebut, Wakil Ketua Umum Pengurus Yayasan Mataram Kota Yogyakarta, Ir Sunyoto menyampaikan bahwa karakter kebudayaan harus diperhatikan dalam menempatkan diri dimanapun kita berada serta mengenali adat istiadat daerah bersangkutan. "Ketika hendak membangun di NTT perlu mengenal budayanya. Begitu juga saat membangun Papua harus mengenal apa yang disenangi dan budaya ditempat tersebut," ujarnya.